Senin, 03 Oktober 2016

KUKERTA UR 2016



WE LOVE YOU, PONGKAI ISTIQOMAH!!

Turun dari superben, kami disambut hangat oleh seseorang wanita paruh baya-yang selanjutnya kami panggil Amak-pemilik posko.Mulai dari saat itulah, warna-warni asam-manis-pedas-asinnya kehidupan 60 hari KUKERTA kami rasakan bersama. Meski tak bisa kami ceritakan reka ulang KUKERTA di Desa ini, tapi ada beberapa hal yang tak bisa  kami lupakan. Check this out!
1.     KARTU REMI DAN DOMINO
Di bulan pertama, kartu2 ini jadi obat paling ampuh untuk mengusir rasa bosan. Ramuan bedak baby mendarat mulus ke jidat, pipi dan dagu orang yang kalah main kartu. Pernah suatu kali seorang ii kalah main kartu dan taruhannya : “Memanggil Syafri dengan sebutan Abang selama 12 jam”. Yak, kita do’akan aja semoga dari panggilan abang selama 12 jam, bisa jadi manggil abang selamanya. Ehaaak :D

Eits, kartu2 ini juga jd peralatan Madam ii dan Pakdam Umai klo sedang bertugas “Ramal-Ramalan” . Yang dijodohin di kartu itu juga macam2. Sama mantan, sama gebetan, sama artis idola, bahkan sama anak se-posko. Patut digarisbawahi bahwa permainan ini hanya fiktif belaka dan tak boleh dipercaya. Ntah kenapa keseruannya bisa terdengar hingga posko sebelah bahkan pemuda2 desa. Wkwkwk.
 “Cewek/Cowok yang kamu suka itu, suka sama orang lain. Orang lain tu, membalas pula. Tapi ada yang suka sama kamu.”

Yah, kira2 begitulah yang selalu keluar dari kartu2 itu. Pusing dah. But in fact, sampai detik ini saya masih ngga bisa membaca hasil ramalannya.

Tak berselang lama, si Remi pun punya kawan baru, si Domino namanya. Tepyak tepyak. Suara hentakan dari batu2 domino kerap terdengar pukul 9 keatas. Lain memang sensasi main batu domino dengan TRUTH OR DARE jadi hukumannya. Segudang pertanyaan yang harus dijawab jujur dan bermacam suruhan dilayangkan tak segan-segan kepada hamba-hamba yang kalah telak dalam permainan ini.
“Berapa jumlah mantan? Kenapa putus? Siapa mantan yang paling ngga bisa buat move on? Ada ngga orang yang disuka di posko ini? Kapan target nikah? Dll..”
Nyanyi lagu Meriang sambil joged depan posko, manggil siapapun yang lewat di depan posko, ngesot di ruang tamu, dilakoni oleh para loser domino.
Pada tengah malam, domino ini jadi sasaran Airin, Syafri dan Umai untuk menyalurkan kreativitasnya dengan menyusun batu2 domino dengan berbagai bentuk dan formasi. Saya yang nyoba ikut-ikutan berakhir dengan batu2 domino yang tersusun gaje dan abstrak.
Harus diingat juga, dengan main mandan, batu2 domino sah jadi saksi bisu pengerat hubungan Airin dan seseorang yang inisialnya bang Ude. Ups.

2.     MATI LAMPU

      Lampu mati udah jadi sohib kami selama disini. Kadang siang, kadang malam ia datang. Meski datang tak diundang, kami udah prepare lampu emergency selalu. Dengan cahaya remang-remang, kami masih bisa makan malam, main kartu daan cerita horor. Walaupun lelaki berambut gondrong yang diidentifikasi sebagai Dodi Abrar ini semangat ’45 bercerita hantu ke anak2 posko, tapi nyatanya takut juga klo ke kamar mandi sendiri (dibuktikan dengan musik bervolume keras yang sondang terdengar klo dia di kamar mandi).

      Mati lampu ini juga punya efek luar biasa. Karena mati lampu,  pulang dari  maghrib mengaji, sandal swallow saya tertukar sebelah dengan sandal lain. Ngga cuma itu, mati lampu juga pernah membuat Airin pakai sandal dengan beda ukuran : sandal Dodi  di sebelah kanan dan sandal Yendri di sebelah kiri kakinya. Bisa dibayangin??

3.     MASAK-MASAK
      Imajinasi saya sebelumnya akan KUKERTA dengan perut yang diisi 3T (Tempe Tahu Teri) segera musnah.
      Anak-anak di posko yang ngga cuma doyan makan, tapi juga hobi masak, membuat kelangsungan hidup selama KUKERTA terjamin, aman sentosa, berhasil membuat badan berisi dan timbangan naik.
Nih ya, saya uraikan satu-satu kepiawaian anak posko dalam hal masak-memasak :
-         Azizah  = Wanita tinggi semampai kelahiran ’94, punya suara yang merdu dan tongsis kece ini rasa2nya paling sering goreng kentang dan ahli klo masalah icip2 makanan.
-         Fella  = Dengan sebutan “Palasik” yang jd plesetan dari Fella-ssi, paling kental berbahasa Minang dan gestur muka & tangan yang ngga bisa dilupakan klo sedang semangat ngegosip ini jadi partner saya selalu klo sedang ngegoreng kerupuk panda & kerupuk udang. Kami bereksperimen ria dengan kerupuk2 malang ini. Meskipun terkadang sedikit gosong,  tapi toh kerupuknya selalu ludes dimakan anak2 posko.
-         Yendri = Dara cantik yang pandai ngegambar dan menurut saya paling rapi penampilannya ini, rasa2nya paling sering ngeblender lado.
-         Airin = Calon dokter yang bawelnya 11 12 sama saya, gampang mengidentifikasi ke-bad mood-annya, paling suka challenge dan melanglang kemana-mana ini hobi masak macam-macam makanan. Meskipun judulnya coba2, tapi rasa masakannya patut diacungi jempol. Masih ingat agar2 cokelat?? Nah itu salah satu mahakarya Airin!
-         Suci = Satu2nya cewek yang ngga single di posko, pandai dance, juga partner saya nyanyi macam2 soundtrack drakor ini hebat ngegiling lado dengan kedua tangannya.
-         Ii = Beeeuh dia ini mah paling jago masak dan jahit baju. Menantu idaman ibu2 lah pokoknya. Satu2nya kegagalan dalam karir memasaknya hanyalah ketika masak bubur kacang hijau yang bahkan ayam mak saja ngga mau makan. Daripada mubazir, kacang hijau yang disulap jd gorengan itu bisa saya masukkan ke dalam perut.
-         Jesica = Wanita Chinese,kakak 19 hari saya, ikhlas berbagi plastik, tisu basah, parfum, sisir, dan akrab dipanggil dengan sebutan Cece ini suka makan biskuit regal dan sering buat segelas susu putih.
-         Saya sendiri, Lydia = Orang yang paling talkative di posko dan punya rasa kepo yang tinggi hingga berujung kejengkelan orang lain ini paling suka masak tomat dan telur yang kata Uci lebih dominan tomatnya.
-         Eky   =  Cowok bertubuh jangkung dan bisa muncul tiba2 ini pandai buat mi rebus yang enaak.
-         Syafri = Dengan suara yang berdesibel rendah, seorang Syafri suka merusak prosesi memasak. Gara2 dia, terciptalah agar2 rasa pedas.
-         Dodi  = Tak pernah dinyana, diduga dan disangka. Dibalik tampangnya yang “sangar”, Dodi ini jago masak loh. Bukan sekedar masak air dan mi instan, tapi juga jago masak makanan yang ribet2. Teri Kentang Sambal Ijo, misalnya. Sayangnya, kepiawaian memasaknya ini tak ditampakkan sering2.
-         Umai           = Pak kordes yang satu ini kayaknya paling suka jadi pengamat. Mengamati si A yang lagi goreng kentang, ngamatin si B yang sedang giling lado, dan si C yang lagi potong2 wortel. Selama di KUKERTA, finally dia bisa ngupas bagian ujung buncis dengan sempurna.

4.     HONDA UMAI
      Menjadi honda semata wayang, honda yang setia kemana2 nemanin setiap sudut Desa Pongkai Istiqomah ini jd unforgettable thing. Dengan ikhlas dipinjam anak posko secara bergiliran dan juga sering tarik tiga, honda ini berjasa mengantarkan kami berjuang dalam tugas mengajar, menghadiri acara di kecamatan, daaan pastinya bolak balik ke masjid. Di blog ini juga, kami (Airin dan Lydia) officially minta ma’af kepada yang empunya honda, karena pernah mengendarai honda dengan tidak berperikemanusiaan, dengan kecepatan lebih dari 60 km/jam di jalan berbatu.




5.     MASJID
      Hmm... sebagai tempat shalat, jelas2 tempat ini ngangenin banget untuk sholat didalamnya. Subuh2 disini, dhuha disini, maghrib dan isya’ disini.
      Toilet masjid juga berjasa bagi kehidupan kami ber-12. Guna memperindah masjid, kami juga bahu membahu mengecat pagar masjid dengan warna hijau dan kuning, khas KUKERTA UR. 

6. PULAU SIMO

      Awal mendengar nama ini, kirain sebuah pulau. Ternyataa nama sebuah air terjun. Dengan menggunakan kendaraan roda dua dan bala bantuan para pemuda desa, kami menuju ke Air Terjun Pulau Simo. Masya Allah. Air terjunnya bagus and we feeling excited! Tak lupa pula kami foto2 demi mengabadikan momen. Cekrek cekrek...!

Naaah, itu dia sekelumit hal tentang pengalaman KUKERTA kami.
It such as unforgettable memories that will keep in our heart and be unique memory. Be success, be grateful, be great, friends! 






MEMORI @DESA PONGKAI ISTIQOMAH, KEC. XIII KOTO KAMPAR, KAB. KAMPAR (PROGRAM KUKERTA UR 2016 / 15 JULI-15 SEPTEMBER 2016)







Minggu, 03 Juli 2016

UNFORGETTABLE JOURNEY (Part 3 - End)

Philippines, May 21, 2016
Malaysia, May 22, 2016


Yakin dengan schedule tour ria di Manila, saya sudah wanti2 otak saya untuk bisa bangun pagi ini meskipun gravitasi diatas kasur kuat bgt.

Udh dalam outfit yg ready-to-go, saya nungguin rekan2 lain (Isabelle dan Isa : 2 orang Filipino yg sudahlah bangun telat, kehabisan odol, lama pula bersoleknya, Elly : warga negara Cambodia yg betah bgt di kamar mandi, dan Charis Chan : org Malaysia yg dari subuh sibuk ngotak-ngatik kamera DSLR warna pink miliknya yg sumpah keren bgt!).

Sekitar pukul stgh 8, kami turun ke meja resepsionis menggunakan lift guna melakukan check-out. 15 menit berlalu, kami dijemput becak (kayaknya becak yg tadi malam juga antar kita ke apartemen). Sip, semua barang sudah diangkat ke atas becak. Dengan membayar 20 peso (kalo ngga salah), kami diantar ke Jollibee utk sarapan. Sementara yang lain makan aneka makanan khas fast food, saya dgn semangat '45 menyesap hot chocolate yg masih amat panas itu dgn perlahan hingga tetes terakhir, sementara Joni (lagi lagi) hanya minum 2 teguk dari isi cup hot chocolate. Dah sah lah budak tu jadi kawan setan kan? Mubazir selalu..

Ingat dengan isi dompet yang persediaan uang pesonya sudah makin menipis, kami ditemani dengan Immanuelle Isa (kakak Isabelle) bergegas ke money changer di seberang jalan. Saya yang sudah megang dompet dengan eratnya (karena Isabelle dan kakaknya bilang byk jambret disini. Sama yak kayak di Indonesia. Banyak kriminalitasnya. Waspadalah...waspadalah...),tiba di kios yang ada terali dan boneka berwarna hijau didalamnya. Disambut dengan nenek2 yang punya itu money changer, saya awalnya ingin menukarkan uang Rp 350.000,- ke dalam mata uang peso. Namun setelah dihitung-hitung (dengan sangat cermat), hasil penukaran kurang menguntungkan. bisa dikatakan setengah nilai tukarnya dari yang biasa kita tukar di Pekanbaru. Ngga tukar sama sekali ya ngga bisa juga, makanya saya cuma tukar Rp 150.000,- saja (mengingat hari ini adalah 1 hari extra diluar perkiraan dan  akan jalan2 plus pastinya menghabiskan biaya, bukan?).

Melanjutkan perjalanan dengan menggunakan mobil yang mirip mobil travel, kami menuju area Manila Tour. Di sepanjang perjalanan, saya terkesan dengan pusatnya kota Manila. Bayangin, di pinggir jalanan kota metropolitannya Manila, terbentang lautan dengan puluhan kapal boat. Jv bilang, byk turis yang kesini untuk menyaksikan sunset. Saya yang sunset lover cuma bisa angguk2 pasrah, belum berkesempatan menyaksikan sunset disini karena jam 5 sore kami sudah harus berangkat. Tapi tak apa, pemandangan menarik lainnya masih banyaaak..

Berhenti di depan Manila Chatedral, gereja dengan arsitektur khas benua Eropa yang indah bgt ditambah lapangan hijau serta perpustakaan unik di depannya. Usai foto2 di tempat ibadah orang, kita naik ke sebuah delman (Ya ampun, transportasi apalagi coba, yang belum dinaiki disini. Jeepney udah, becak udah, mobil travel udah, delmanpun udaaah sodara sodaraa. Seingat saya, itu kali kedua naik delman setelah sebelumnya naik delman di Bukittinggi).

Tuk tik tak tik tuk.. begitulah suara kaki kuda yang membawa kami sepanjang "Manila Tour". Dengan bahasa Inggrisnya yang fasih, pengendara kuda sekaligus tour guide tersebut menginformasikan mengenai gedung2 yang kami lewati. Di area tersebut keliahatannya banyak universitas2 tua dan bersejarah. Turun sebentar di tempat yang didalamnya ada air mancur, sumur tua, dan tempat souvenir, kami sibuk mengabadikan diri dan momen di tempat tsb. Saking asyiknya, kami (saya, Rattanak, dan Joni) teerpisah dari rombongan. Hahaha... Nasib baik kami bertemu lagi dengan rekan2 lainnya di seberang gedung.

Naik delman lagi, hingga sampai di tempat peninggalan Perang Dunia II. Dinding batu dan lantai bata jadi saksi bisu betapa ngerinya perang tersebut pada puluhan tahun silam. Tak jauh dari tempat tersebut ada taman kota yang cantiiiik dan full of peace dengan kolam ditengahnya. Selain itu, ada juga galeri ornamen wajah presiden Filipina pertama hingga sekarang. O iya, area ini bernama Intramunos Park.

Lanjut, kami ke tempat PD II lainnya. Meskipun udah bolak balik melototin peta pusat kota Manila itu, tetap saja saya tidak tau apa nama tempat ini. Yang pasti,  beda dengan tempat yang pertama, tempat ini dipenuhi dengan meriam bom. Ketika disini, banyak orang (yang saya yakin anak jurusan arsitektur) sibuk mengerjakan tugas mereka lengkap dengan atribut : barang yang mirip tripod dan kertas ukuran A3 digelar disana sini. Yak, untuk dapat angle yang bagus, saya rela manjat2 sampai diatas meriam.Cekrek cekrek..

Good, sekarang kita melaju ke National Museum of Philippines. Sebelum masuk ke dalam museum, kita turun dulu dong dari delman. Bilang makasih ke tour guidenya, dan pastinya bayaaar. Di awal2 tadi kami sepakat bayar 200 peso. Tapi ternyata bayar extra 100 peso untuk tip. Itu tip tapi Jv maksa bgt mintanya. Mana saya tau klo kita harus ngasih tip. Kayaknya budaya tipping udah lumrah hingga setaraf wajib di negara ini. Hoho..(belakangan ternyata mbak Youwen dan Bang Huanza ikutan Manila Tour yang sama dan bayar 1000 peso. What?! Iya, 1000 peso *nangis darah sambil ngiris2 hati-ironi bgt*. Sejak saat itu, saya menanamkan dalam diri untuk senantiasa bersyukur. Dalam kondisi apapun itu).

Masuk ke dalam museum yang terdiri dari beberapa lantai sukses buat saya kehilangan kontrol sebagai wanita yang senantiasa anggun dan terkenal kalem. Hueeek.. *abaikan kata2 barusan*
Namanya juga museum, macam2 isinya. Mulai dari hal2 yang berkaitan dgn gajah (saya ngga tau kenapa harus gajah yang byk dipampang di museum ini), rumah khas Filipino, guci dan piring kuno, herbarium, meriam, hewan yang sudah diawetkan, bermacam permainan rakyat dan baju tradisional, hingga ada Islamic Gallery yang isinya tentang Islam khususnya bagaimana Islam di Filipina (biasanya byk muslim di daerah selatan Filipina. Tempat Abu Sayyaf itu loh. Tapi ada juga sih muslim di Manila dan sekitarnya, misalnya aja kayak bapak2 yang jualan souvenir pas di Canoe Beach Resort). Jadi, kita yang udh amat rindu dengan suara adzan ini, excited ketemu kitab Al-Qur'an dan replika mushalla di museum itu. Hehe..

Keluar dari museum, kita berjalan kaki beberapa ratus kilometer hingga menaiki Jeepney dan sampai di Mall of Asia (katanya Mall terbesar se-Asia. Dulu. Sekarang dgr2 udah ada yang lebih gede lagi). Niat hati pengen makan siang, saya dan Joni yang memasuki restoran Indonesia di Mall tersebut terpaksa melangkahkan kaki keluar lagi. Meski pepes ikan dan sate udh manggil2, uang yang ada tidak mencukupi (wajar aja, harganya selangit euy!).

Jam sudah menunjukkan pukul setengah dua siang. Takut terlambat check-in, kami berpamitan pada yang lain dan bergegas menuju bandara Ninoy Aquino. Diantarkan dan dicarikan taxi dengan budget yang pas (150 peso = hasil patungan), juga dinaikkan koper2 saya oleh Sasha (muslimah Filipina), kami sampai juga di bandara. Disini ada yang menarik nih. Beda dgn di Indonesia, biasanya driver akan dengan senang hati menaikkan dan menurunkan barang2 penumpangnya. Tapi klo dsini kayaknya ngga berlaku yang kayak gtu. Naikkan turunkan barang, ya harus dilakukan penumpang.

Disambut dengan antrian yang meleret panjang diluar bandara, membuat seorang Joni bertanya ke stranger, apakah kita bisa memasuki bandara tanpa berlelah-lelah mengantre disitu. Ternyata, antrian untuk passanger Air-Asia bukan yang itu. Langsung masuk bandara, check in, dan jalan kaki sampai ruang tunggu paling ujung. Hmm masih ada beberapa jam lagi sebelum keberangkatan. Dengan uang (hasil palakan ke Joni), saya dengan riangnya bolak-balik supermarket bandara. Beli snack, beli minuman C2, beli Yakult, sambil cuci2 matalah..

Yak. Setelah pindah gate (yang diketahui lewat announcer bandara), saya menaiki pesawat dan tidur selama didalamnya.

"Atensen tuan tuan dan puan puan semue.. kite dah nak tiba di KLIA 2 (Kuala Lumpur National Airport 2).........Tetap pasangkan tali keledar anda semasa pesawat sedang beroperasi".

Tiba di bandara KLIA 2 sekitar pukul 9 malam, saya jalan2 disana. Makan di KFC (karena lapar badaaai), ditambah dengan beli pretzel dan chocolate dip-nya yang enaaak bgt, pergi ke money changer demi bisa beli novel Malaysia, beli oleh2 khas Malaysia di supermarket bandara (lucunya, pas di kasir, itu barang ternyata harganya mahaal. Accident ini. Joni yang ngga cek teliti harga yang tertera dibelakang barang jadi harus keluar uang lebih byk), lalu coba2 check in online dengan mesin yang berjejer disana tapi endingnya takut bereksperimen dengan mesin itu sendiri. LOL.

Sip. Esoknya pukul 7 pagi, sebelum brangkat, kami isi perut di KFC (lagi). Saya pesan twister dan Joni makan bubur (yang bisa ditebak : tidak dihabiskan). Sebelum berangkat dari bandara KLIA, saya nyempatin diri belanja ke KK (brand suatu supermarket) untuk beli mineral water dan lollipop *ngga penting untuk diceritain sih, tapi suka2 saya dong*

Landing di bandara Sultan Syarif Kasim II...
alhamdullillaaah... selamat jugaa tiba di Pekanbaru. Berjuta syukur dan kelegaan melingkupi hati kala itu.
Nah, ketika mau keluar bandara, praktis tas saya dicegat petugas untuk cek kesamaan kode di tas dan di boarding pass. Yang buat saya shock, kedua kodenya tak sama! Panik sebenarnya, tapi ngga ada pilihan lain kecuali mengecek kembali map pink saya. Eh ternyata saya salah kasih boarding pass. Hahaha...

Sempat berasa anak hilang karena keluarga saya ngga keliatan di bandara (belum lagi Joni yang ntah kemana), saya ketemu dgn sepupu Joni dan minjem hp nya karena hp saya habis baterainya. Setelah nelpon ibu, saya jd tau ternyata honda di rmh (sialnya) lagi rusak dan at the end dgn bahagianya saya pulang ke rumah menggunakan taxi (sambil di jalan ngobrol tentang Filipina dengan supirnya. Wkwkwk).

"Assalamu'alaikum", ucap saya...
"Wa'alaikumsalaam.." seorang wanita keluar dari rumah.

Selasa, 07 Juni 2016

UNFORGETTABLE JOURNEY (Part 2)

Philippines
 May 18-20, 2016

Begitu membuka mata pada pukul 4 dini hari, ada bisikan (yang ntah darimana) berkata : “Are you ready today?”. Yep! I’m ready!

Sedetik kemudian.... tidur lagi....

Hoaahm.... jam 5. Bangkit, lalu melakukan aktivitas pagi. Meski belum move on betul dari mabuk darat, seluruh panca indera dipaksa untuk siaga. Poor I am. Andai lokasi tempat kaki berpijak saat ini tidak ribuan kilometer jaraknya dari rumah, mungkin saya sudah leha-leha dengan secangkir teh panas, sebungkus roti gabin, dan semangkok bubur ayam yang biasanya sudah nangkring kalo sedang sakit (red : kepala pusing + mual + badan meriang). Karena itu hanya ilusi, cepat2 saya sadar dan bersenandung, “pulangkan sajaaa aku pada ibukuu.. atau ayahkuu... “.

Ketukan si Mamat dari pintu –pertanda dimulainya petualangan hari ini atau kelanjutan perang dunia (?) - membuat saya menarik kasar koper berwarna hijau lumut (yang belakangan gagangnya patah. Bukan saya yang patahin ya, tapi salah seorang tmn saya org Filipino secara ngga sengaja).

Dijanjikan jemputan bakal datang jam 6, kami (red : saya dan si Mamat) udah kayak Siberian Husky di depan penginapan. Sembari nunggu jemputan, kami ingin membayar cost penginapan yang kamarnya cuma, sekali lagi, cuma dipakai 12 jam itu. Officernya belum datang (seketika saya mempertanyakan kredibilitas condotel ini), namun, sebagai warga negara yang baik dan punya stok sabar (walaupun tidak memadai), kami diharuskan menunggu (klo ngga mau nunggu, bakalan digebukin sama satu Filipina).

Jam 8...

Dengan muka selamba, mbak2 officernya finally datang dan bertugas. Begitu si Mamat mengulurkan uang 500 peso miliknya, ternyata uang tsb tidak berlaku lg sejak bulan September 2015. What?!

Ditipu hidup2 sama abang2 money changer (yang belakangan saya balas balik dengan tukar tu duit kesana), saya talangin dulu masalah tu duit (bayangin kalo sendiri dan ngga punya duit lg, kelar dah hidup loe jadi office boy disana).

Yak, mobil yang bisa dibilang lebih mirip mobil travel itu akhirnya datang juga. Telat bgt, tau? Alasannya, beli breakfast dulu (hanya saya dan Tuhan yang tau tentang apa yang saya dumelkan dalam hati).

Dengan konsentrasi yang higher daripada kemarin, hari ini saya bisa leluasa menatap Filipina lekat2. Sejurus kemudian, muncul naluri untuk jepret sana sini. Tak lebih dari lima belas menit, empat roda mobil tersebut membawa kami tiba di depan gedung kantor GPV Camp Philippines.

Lagi2 kami menunggu. Bedanya, kami menunggu partisipan lain di sebuah bus yg siap mengantarkan ke lokasi acara. Biar ngga terlalu lama langang2 disana, sesi perkenalan dengan seisi warga dalam bus dilakukan. Nah, disinilah kami baru tau bahwa ada 3 partisipan lain dari Indonesia (one couple dari UNSRI, one single dari ITS) dan tentunya partisipan dari 4 negara lainnya (Malaysia, Filipina, Thailand dan Cambodia). Jujur, phisically, mereka ngga ada bedanya dengan orang Indonesia. Berasa di negara sendiri untuk beberapa detik, lalu disadarkan dengan obrolan bahasa tagalog yang dilakonkan dua orang gadis diseberang bangku saya. Heol....

Setelah mengisi perut dengan breakfast (secangkir kopi dan sepaket ayam+nasi McDonald) dan mengisi form berisi data diri dan pertanyaan2 yang membuat saya berasa diinterogasi FBI (sumpah, itu pertanyaannya kayak kaset rusak : menanyakan hal yang sama dengan bahasa berbeda. Nyesek ngga tu? Pertanyaan dalam buku novel Moby Dick aja gue males jawabnya, apalagi ini?!. Thanks bgt for Rattanak, lelaki 22 tahun berkebangsaan Cambodia yang dengan telatennya menjelaskan maksud implisit bahkan absurd dari form ini), kita berangkat ke Canoe Beach Resort. Yiihaaaa...!

10 menit masih bisa bertahan. 20 menit kemudian saya sudah di alam bawah sadar. 4 jam perjalanan ke lokasi yang 80% saya isi dengan menutup mata itu jadi pilihan terbaik disaat mabuk darat kembali datang.

Disambut dengan makanan ala prasmanan, we do lunch di ruangan lantai 2 di resort tsb. Jreng..jreng...!! Alamak, baru sadar dengan kepintaran kami. Ekspektasi bahwa kami bertemu dengan makanan halal yang disediakan panitia, pupus sudah. Meski ada ayam, namun kami tak bisa yakin bahwa makanan itu halal sepenuhnya. Beruntung, belakangan, couple dari Sriwijaya itu membawa dan berbagi abon, mie instan, dan energen yang membuat kami bisa survive selama breakfast, lunch, dan dinner disana.

Resort yang letaknya jelas2 di tepi pantai (pantai yang dilarang keras untuk berenang di lautnya karena memang dangerous buat diselami) itu dikelilingi dengan deretan bukit hijau yang cakep bgt. Masya Allah.

Makan udah, lanjut ke sesi seminar dan topic discussion yang menegaskan bahwa : “We are One Family under God. Klo nolong orang itu kudu ikhlas, jgn mempersoalkan latar belakang (ras, agama, warna kulit, dll), toh kita semua sama2 ciptaan Tuhan kan? Dan lagi, kita ini bakal calon pemimpin dunia, yang bertugas menciptakan dunia yang indah, damai, tanpa ada pertikaian, perselisihan ataupun peperangan”. Disaat topic discussion juga asyik. In my opinion, mereka adalah orang2 yg open-minded dan tidak kolot dalam menyampaikan pendapat, juga memberikan kesempatan seluas2nya kpd yg lain untuk mencurahkan aspirasinya (tanpa beban, tanpa ada tekanan). Satu hal lagi yang bisa dijadikan pelajaran!

Cukup dengan ceramahnya. Menjelang malam, kami diharuskan membuat persiapan team performance. Pada waktu yang ditentukan, setelah disuguhi persembahan tari tradisional Filipina, tim saya (beranggotakan : saya sendiri, Chester, Marinel, Drex, Rattanak, dan Rachma) yang diberi nama tim BAY (Bravo and Awesome Youth) ini memutuskan untuk tampil dengan bernyanyi lagu Heal The World dengan selingan poetry, disaat yang lain kebanyakan menampilkan dance. Meski kata seseorang (yang lisannya memang pedas), suara tim kami fals, tapi yang penting dibawa happy ajaa..

Selesai perform, kami diharuskan mengisi reflection writing, sejenis parameter tentang apa saja yang kita pelajari hari ini, apa sajakah target kita yang sudah dan belum tercapai, dan apa harapan kita esok hari. Semacam diary, tapi tanpa ada embel2 kata2 galau dan baper membahana tentunya. Demi dewa, saya yg sudahlah minjam pena Chester, malas pula mengisi reflection writing itu. Intinya, saya benci dgn pertanyaan yang mengharuskan saya untuk menulisnya! Rattanak yang mendengar keluhan saya itu lagi2 membantu saya menuliskan kata2 sampah dan mengarang bebas hingga akhir pertanyaan.

Malam dengan langit yang indah, nyiur melambai-lambai, juga pasir pantai yang memanggil2 untuk dijelajahi itu memang menggoda. Daripada berenang di kolam dengan partisipan lain (nambah dosa), mending jalan2 dulu di sekitar pantai (sayang bgt klo dilewatin, beneran). Belum sempat mengutarakan niat, si Mamat datang dan berpesan kpd Rachma dgn kata2 yang kurang lebih seperti ini : “Rachma, jagain ni anak ya. Suruh dia langsung ke kamar, jgn dibolehin kemana2! ”.

Lemes dengkul dedek baaang... berasa ada emak gue yg ngikutin dan ngasih wejangan ngga mengenakkan gini. Lagi, kenapa harus berada dalam situasi ini?! (menjerit, mosi tidak percaya). Kalau nak ngikutkan kata hati, bisa aja ngga matuhin, tapi takut kualat gue sama emak. Alhasil, gue cuma main ayunan sampai jam 11 malam di depan kamar. Stupid!

..................................................................................................................................................

May 19, 2016

Disambut dengan sapaan morning! Morning! Morning! Dari setiap peserta yang papasan dengan saya, langkah kaki ini saya teruskan ke area dimana kopi berada. Diracik sebentar sama bg Huanza (anak UNSRI, pacar mbak Youwen. Couple yg kubilang tadi itu loh.), tara...kopi itu udh jadi!

Lanjut dengan bermain bakiak, juga permainan semacam karaban sapi (diganti dgn orang) berulangkali dilakukan dengan beberapa putaran hingga siang hari (hal ini menyimbolkan rasa persatuan dan harus adanya kerjasama tim yang baik untuk dapat melakukan sesuatu, sama halnya dengan bagaimana menciptakan perdamaian dunia). Kemudian makan siang dgn mie instan asli buatan bang Huanza (sang anak gunung yang dengan jeniusnya menuangkan air panas ke dalam plastik kemasan mie yang saya baru tau ternyata itu bisa dilakukan!), juga dessert (yang tanpa diminta namun dengan semangatnya saya ambil karena memang bentuknya menggoda dan rasanya memang enak, tapi berakhir dgn panasnya kuping mendengar omelan “ibu tiri”. Lagi dan lagi. Marah karena saya mengambil sesuatu yang lain dari apa yang disuruh.)

Merasa kenyang dan makin bahagia lagi (terlebih karena dikasih roti isi tuna dan minuman sejenis es tebak) pada sesi praktik pengevakuasian korban bencana alam yang diajarkan oleh EARIST (semacam tim SAR), mulai dari cara membawa korban dengan menggunakan tandu, cara mendeteksi kesadaran korban, cara melakukan CPR, cara membebat luka di kepala, telapak tangan, lengan (kecuali luka di hati, ngga ada obatnyaaa...uwoouwoo), sampai simulasi penanggulangan bencana alam itu sendiri. Lebay bgt sampai simulasinya ada nyiram2 air dan mau ngegebukin para pengevakuasi demi membuat simulasi itu makin real. Ada2 aja.

Terbujuk dengan ide evilnya mbak Youwen, tanpa sepengetahuan panitia, kami bolos dan melarikan diri ke 3 pulau di depan resort. Pemandangan bukit2nya, lautnya yang jernih, ditambah rasa excited naik kapal dengan posisi terdepaaaan (klo ibu tau, definitely ngga bakalan dibolehin sampai umur saya setengah abad). Woooow.....3 pulau dengan view yang beda2 dan tak lupa didokumentasikan (yang belakangan setelah saya liat ulang videonya, saya merasa norak seketika).

Oke, back to resort, semua orang pada nyariin! So sorry committee... (Joni habis kena’ interogasi panitia. Mampuuus...).

Disambangi walikota daerah tersebut, dinner malam itu jd sedikit lebih khidmat. Ya, beberapa seremonial yang saya tak ingat satupun kata2nya, lalu diakhiri dgn sesi foto bersama.

Dilanjutkan dengan sesi heart to heart (curhat seputar keluarga, kolega, dll biar lebih kenal satu sama lain), saya bersama Rachma berhasil melalui sesi ini dengan rahasia yang dibawa until go to the underground alias sampai mati!

Tak lama kemudian, giliran sesi adventure race yang harus kali lakukan. Dengan ditutup mata, berbagai halang rintang litang pukang di depan kami. Mau tak mau, kami harus mendengarkan apa2 instruksi dari orang yang di depan kami, istilahnya : I put my trust on you. Membangun kepercayaan akan satu sama lain, itu dia tujuan sesi ini. Berakhir di bonefire (api unggun), beberapa orang dari kami memberitahukan apa2 saja yang mereka pelajari dari camp yang diadakan ini.

Sebelum tidur, Marina (atau siapalah gitu namanya, lupa), melalui suatu aplikasi google (lagi2 saya tidak begitu ingat namanya, klo ngga salah google sky map), dengan semangat memberitahukan saya bahwa di atas kami (red : di langit), saat ini sedang terlihat dengan jelaaas bgt seluruh planet dari galaksi bima sakti, juga terlihat ada rasi bintang (yang sekali lagi maap saya lupa nama rasi nya). Seumur2, saya baru liat hal tersebut (planetnya tidak berkelap-kelip kayak bintang). Waaaaah....

Oke, Hayati lelah hari ini. Dalam 6 jam ke depan, saya tak sadarkan diri diatas kasur.

.................................................................................................................................
May 20, 2016

Sarapan dengan energen gratisan dari anak UNSRI memang jd pelepas rindu dgn negeri sendiri. Pagi itu, setelah packing barang2 dan berfoto ria bersama partisipan lain tuk mengabadikan camp di resort ini, kami menuju Desa Sitio-tio, Barangay, San Antonio, Zambales untuk melakukan service project. Acara ini dumulai dengan kata sambutan, lalu “tari persembahan” yang dipimpin oleh seorang... ehm, lady boy. Dilanjutkan dengan penyerahan alat penyerap energi cahaya kepada warga setempat.

Dengan adanya 200 anak, kami mencoba bermain dengan mereka. Di kelompok saya, anak-anak tersebut kami ajak untuk memainkan permainan konsentrasi memegang alat indera dan permainan berebut kursi setelah musik berhenti gitulah.

Acara GPV Camp Philippines ini officially diakhiri dengan pembagian sertifikat partisipan dan foto bersama. Sebelum balik ke Quezon City, kami mampir makan di Bell Foot (nama restoran, bkan kaki). Lagi2, selama penjamuan makan (surga bgt makan disini, saya sampai nambah nasi dan saosnya yang mirip sambal Bangkok, sementara makhluk di sebelah saya lagi2 tidak menghabiskan makanannya), kami kembali disambangi oleh walikota setempat (beliau ini seorang wanita, sekali lagi, wanita. Hebaat). Selama di restoran ini juga, kami surprised dengan salah satu acara televisi di Filipina yang acaranya seratus persen sama dengan di Indonesia. Tau eat bulaga kan? Nah, di Filipina juga ada acara begituan!

Kembali ke bus, dan satu persatu rombongan turun dan berpisah. Whuaa... We’ll miss u guys....

Rencana kami yang semula langsung ke bandara Ninoy Aquino, berubah total saat JV Espenido, Isabelle, Isay, Charis dan 3 orang Cambodia mengajak untuk Manila Tour esok hari sebelum kembali ke tanah air.

Sontak kami ngikut saja kemanapun derap langkah mereka pergi. Dimulai dari makan mie instan di Jollibee (fast food yang populer bgt disini) disaat yang lain melahap ayam (yang jelas2 ngga halal). Hiks. Eiits, tapi jgn salaah.., perjuangan untuk bisa makan mie instan ini hampir buat nyawa saya melayang!

Jadi begini ceritanya, demi bisa mendapatkan air panas di Seven Eleven, saya menyeberangi lautan kendaraan di jalan raya Manila dikarenakan jembatan penyeberangannya rusak. Beuuuh, itu kendaraan ngga mau berhenti saat saya sudah di tengah jalan. Saya masih mau hidup! Dengan panik, saya kembali ke tepi jalan. Fiuuuh... selamaat selamaat anakmu ini maaak.

Desperately , kembali ke Jollibee dengan muka kusut. Tidak mendapatkan air panas, itu penyebabnya. Setelah makanan yang lain ludes, JV mencoba mencarikan air panas diluar, dan ternyataaa pedagang asongan dibawah jembatan rusak tadi itu menjualnya dengan harga 3 peso. Alhamdulillah..

Nah, perut kenyang dengan tambahan nasi dari Jollibee (sementara si Mamat hanya makan mie instan dan itupun tak habis. Beuuh...), kami melanjutkan perjalanan malam itu dengan menggunakan becak (di perjalanan, saya dan Isabelle melihat supir truk yg tertidur dan jarak truk tsb hanya 1 meter dari becak yg kami tumpangi. Saya sdh zikir2 dlm hati karena sumpah itu menakutkan! Fortunately, becak dan truk mengambil jalañ yg berbeda pada menit ke 15) ke sebuah apartemen. Apa? Ngga salah lagi, apartemen!

Bisa dibayangin ngga, melewati kolam renang apartemen dan tersenyum lebar saat lihat interior apartemen yang wow (dua sofa putih gading, wifi yang kenceng bgt, TV plasma, mesin cuci, pantry yang cool, meja makan, extra bed, restroom yang ada air panasnya, ditambah lagi dengan hiasan wallpapernya di dinding), plus harganya yang Cuma 365 peso atau setara dengan Rp 90.000,- karena ditombokin dengan yang lain. FYI, hrg sewa apartemen itu 1 juta per kamar. Ckckck, Thanks all!

Tepat pukul 2 dini hari, saya baru bisa memejamkan mata. Tak sabar dengan apa yang kami jelajahi esok!


To be continued..



Jumat, 03 Juni 2016

UNFORGETTABLE JOURNEY (Part 1)

Malaysia & Philippines
 May 16 until 21, 2016

 Sengaja meliburkan diri selama seminggu? Ide bagus!

Saya bukannya ingin mencoreng nama baik dengan menambah koleksi absen kuliah, tapi ini lebih ke "kita akan mengorbankan hal yg berharga utk dpt hal yg jauh lebih berharga lg".

 Here we go!
 Untuk dpt menghadiri acara Global Peace Volunteers Camp di Philippines (acara internasional yg memiliki kegiatan inti : topic discussion, disaster preparedness training, dan service project), kita orang berangkat ke Malaysia dulu.

 Selain karena biaya ke Philippines jd lebih murah, kita orang jd bisa menginjakkan kaki di dua negara sekaligus! Dari bandara Sultan Syarif Kasim II, kita orang diantar sama org2 tersayang, people who always support us.


Setelah check in,  kita duduk di ruang tunggu dan sempat ngobrol dgn Auntie Illy (wanita berkebangsaan Malaysia). Banyak hal yg kita (lebih byk Joni : with his Malay language) perbincangkan dgn auntie ramah yg satu ini (belakangan ngasih kita orang duit 50 ringgit, utk jajan katanya. Makanyaa kita harus ramah sama semua org, untung2 dpt duit. Eeeh.. salah fokus -_-).  Masih di dalam ruang tunggu, mak cik sahabat auntie yang duduk disebelahnya, kehilangan tas. Berderai-derailah air matanya (sorry to hear that).

Berangkat dari kota Pekanbaru pukul 11 dan tiba di KL sekitar pukul 1. Laju saja kami ke counter bus, memesan tiket ke Twin Tower. Tiba disana, yg kami lakukan ngga jauh beda dgn turis lain. Yep. Berfoto ria.


 Jalan2 udh, (berasa bgt JALAN JALAN nya, lha wong muter2 kawasan petronas dgn bawa koper dan ransel, dgn bonus diomelin "ibu tiri" karena :
  saya jalan dgn lambatnya. Padahal kan bawa brg bawaan dgn hampir 20 kg, dgn badan yg ngga lebih dari 150 cm ini mana bisa cepet atuh. Bantuin kek), foto2 jg udh, perut jg udh waktunya diisi. Karena lapar badai, kita org beli Milo dulu. Sebiji 3 ringgit. Ketemu dgn warung makan India, kita orang pesan nasgor kampung dan kwitiau. Rasanya.. ehm. Flat. Ntah lah klo  nasgornya (kata yg pesan sih enak, ehm, mgkin karena efek laper berat). Dan setelah 15 menit, ini kali pertama saya liat laki2 yg menyisakan stgh makanannya di piring. Loh, td katanya laper, kok makannya ngga dihabisin? Kata yg empunya nasi : "Udh kenyang. Td kan udh minum Milo duluan". Lah, kan saya minum Milo jg td? (Bingung. Saya shock dia makan dikit bgt, dan dia surprise karena menurutnya saya makan byk bgt).

Karena sudah ashar, kami berusaha mencari mushalla.
Bertanya kesana kemari, akhirnya sholat di mushalla Concorde Hotel (jgn tanya kenapa bisa sholat disana).
Selesai makan sih pengennya jalan2 kesana kesini. Eeh ngga dibolehin dengan ibu tiri. Udah malam katanya. Baiklaah..

 Balik lg dgn menggunakan taxi dan bus, kita org disuguhi pemandangan khas kota metropolitan, lgkap dgn lampu jalanan dan gedung2 pencakar langitnya. Perjalanan yg memakan waktu sekitar 1 jam itu saya habiskan dgn tidur dan tidur.
Hari sudah malam dan harusnya makan malam. Meskipun bukan makanan mewah, tapi mie instan yg dimakan sambil duduk diatas kursi yang nyaman bgt di sebuah minimarket itu jd pengalaman yg wah. Belum lg dgn nyangka sebuah tong sampah itu lemari. Hadeuh...


 DAY 2

 Pukul stgh 6, selesai shalat subuh, kami berencana check in secepatnya karena keberangkatan ke Manila dijadwalkan pukul 9. Belum beberapa langkah keluar dari mushalla, terdengar pengumuman, "Encik2 dan puan2, kini waktu shalat subuh tuk bandara KLIA 2 dan sekitarnya". Loh, jd?!
 Jadilah kami ulang shalat subuh pd pukul 6 waktu setempat. Lol. Jd pelajaran berharga, klo ke negara org, kudu tau pasti waktu shalatnya.

Sempat bolak-balik counter T dan V untuk check in, finally perjalanan ke Manila yang memakan waktu hampir 4 jam diatas udara sukses buat saya excited. Ditemani dgn tmn sebangku pesawat yg merupakan Filipino, kami bercerita byk hal. Mulai dri pekerjaan, keluarga, daan ngga ketinggalan jg tanya2 seputar Philippines itu sendiri. 
Sedangkan makhluk yg satu lg jd keluarga bahagia sesaat karena sebangku dgn seorang ibu muda dan anaknya yg comel bgt.

Landing pukul 1 waktu setempat, kami celingak-celinguk nyari committee yg katanya mau pick-up kita orang. Stgh jam muter2 di bandara  Ninoy Aquino dan belum menemukan apa yg dicari, kami coba meminta bantuan pd satpam disana utk menghubungi committee. Mujur, dgn bahasa tagalog yg tentunya fasih, satpam tersebut menyuruh kami menunggu jemputan di BAY 8.

 Dengan panas yg suhunya sdkt lebih tinggi dibanding Pekanbaru, menunggu 15 menit jd berasa lebih lama. Sebuah miñi van berwarna putih menjemput kami dan didalamnya sudah ada peserta camp dari negara lain. Apa yg saya tampak di jalanan ibukota Philippines ini hanyalah macet. Sisanya... saya tak tau. Mabuk darat membuat saya kehilangan selera utk mengamati apa2 yg ada di sepanjang perjalanan. 
 Diantarkan ke sebuah condotel yg harganya 500k dan makan malam dgn garlic rice ini benar2 menguras kantong. Next time harus prepare dan booking lebih awal dan lebih cermat lg!

Mumpung di Quezon City, niatnya pengen jalan2. Tapi lg2 ibu tiri melarang keras. Byk gangster, katanya. Hmm...Apa boleh buat? Malam yg harus dihabiskan di kamar, dipenuhi  dgn pertanyaan, "Ada kejutan apalagi besok?"

To be continued...



















Selasa, 31 Mei 2016

UNFORGETTABLE JOURNEY (Pra-Keberangkatan)

Malaysia & Philippines
May 16 until 21, 2016



Go abroad? I've think about it thousand times and DREAM COMES TRUE!

 Bermula dari sebuah postingan di grup yang empunya beri nama Stipend Hunters, saya jd tau klo ada program camp di Philippines yg sedang buka pendaftaran. Philippines? Jujur saya ngga tau byk tentang negara ini pd awalnya, tapi thanks to Indah Khairunnisya (salah satu makhluk Tuhan paliing baik. Gue nanya jdwal kuliah tiap hari ke dia, pinjam catatan kuliah ke dia, pinjam pena ke dia dan jarang dibalikin, pinjam buku, bahkan pinjam duit sama dia sodara sodaraaa), yg rela menyisihkan waktunya utk berbagi drama Philippines hasil donlot malam hari. Gila, itu drama kocak bgt dan saya lupa judulnya. Ya, at least bisa sdkt blend dgn bhs tagalog jd nya.
 To be honest, saya tipikal org yg suka nunda2 kerjaan (bad behaviour, but now I've try to reduce it). Alhasil, selama bbrp hari info itu nganggur gtu aja. Pd suatu malam, pas lg d warnet, saya buka tu website dgn dijejali bbrp pertanyaan dlm formulirnya yg ngga bisa saya jawab detik itu jg. So, saya bertekad bahwa bsk udh hrus bisa jawab pertanyaannya!. Ingat bgt wktu itu bln februari akhir, dan ada seminar di rektorat. Gembar-gembornya sih cerita tentang beasiswa (yg dgn semangat saya share jg). Prg ke rektorat pagi2 seusai kuliah dgn jaraknya yg lumayan jauuuh (kalo jalan kaki), dan harus menaiki sejuta anak tangga utk sampai di lokasi seminar yg notabene letaknya di lantai teratas gedung, buat kaki pegel2 dan mulut udh komat kamit sumpah serapah dgn tdk adanya lift disini.  Dgn disambut mbak2 yg ada di meja registrasi, dgn ragu (karena tdk ada tanda2 kehidupan di lantai ini) saya bertanya, "Mbak, ini acara seminar beasiswa itu ya?". Mbak nya jawab dgn ngga kalah ragu, "Hmm.. iya dek". Oke, dgn perlahan saya buka pintunya, dan tampak bbrp org yg duduk dgn posisi wuenaknya. Sebagian sibuk cerita dgn kawannya, sebagian lg sibuk dgn gadgetnya. Setelah menunggu lama, seminar pun dimulai dan kejanggalanpun mulai terasa. "Kayaknya ini seminar utk anak bahasa jepang lah lid...", celetuk tmn d sebelah saya, Joni (komting gue, ketua kelas gue, dan cinta bgt sama hal  yg berbau "melayu"). Gosh, I think so! Bagaimana tidak, seminar ini berisi materi pertukaran mahasiswa ke Jepang, dgn syarat punya JLPT 3 (semacam sertifikat mahir bahasa Jepang). Halooo, wong TOEFL ae durung ono. Ibarat sudah kepalang basah, yo wis, saya berusaha bertahan dlm ruangan yg suhunya makin dingin itu. Aha!  Teringat dgn program camp Philippines, saya buka website nya dgn hp Nurisa (wanita yg tak byk cakap tapi hobi berorganisasi dan baik hati). Terganjal di pertanyaan nomor telepon, saya tidak bisa submit form online nya. Saya ingat betul berulangkali memasukkan nomor telepon saya dengan kode negara berbeda agar dpt submit. Ntah mana nomor yg benar, akhirnya bisa submit jg. Meski camp ini berbayar, saya membatin "kalo rezeki ngga kemana". Fokus kembali kepada pemateri yg kini berganti dgn ibu kepala KUI (Kantor Urusan  internasional).  Beliau mengatakan, bahwa KUI membantu meningkatkan kemampuan bahasa asing mahasiswa dan mendukung melalui program student mobility, salah satunya dgn bantuan finansial. Bahagia dgn informasi ini, kami (red : saya dan Joni) mengunjungi KUI dan menanyakan apakah program camp Philippines ini bisa kiranya mendapat bantuan finansial, mengingat program fee nya saja mencapai 100 USD, belum lg tiket PP yg hrus dtanggung msg2 peserta. Pucuk dicinta ulampun tiba, dua org kk2 pegawai KUI mengiyakannya. Waaah...

Mengenyampingkan program camp sebentar, karena periode bulan Maret dan April memang membuat kepala berpikir keras. Ya, ajang pemilihan MAWAPRES (Mahasiswa Berprestasi) dan NUDC (National University Debating Championship) diadakan dan butuh persiapan yang matang juga "sebenarnya". Since this is my first time to join Màwapres, jd nervous bgt. Kalang kabut buat KTI dgn waktu kurang dari seminggu (thanks buat kak Laili dan bang Rangga yg mau bantuin dgn sepenuh hati), pengumpulan biodata diri, IPK, dan daftar prestasi. Sempat keder jg dgn IPK pas2an, tapi ya lagi2 membatin, "klo rezeki ngga kmana..". Terekam jelas insiden saya ngga dpt restu dri ortu utk nginap dan merampungkan KTI di kost mbak cus (KPOP Lover yg master grammar), alhasil disuruh balik jam 11 mlm dri kostnya mbak cus yg notabene masih dlm kawasan kampus UR dan jaraknya sekitar 10 km dri rumah. Can u imagine that? Orgtua lain biasanya akan membolehkan anaknya utk bermalam di rmh tmn anak mereka dgn mudahnya, tapi tidak bagi orangtua saya. Pantangan bgt nginap di rmh org. Dan saya tahu itu.

Di hari ketika ajang pemilihan Mawapres, saya bru memprint dan minta ttd dosen pembimbing (thanks Mr. Dahnil). Awalnya sdkt khawatir ngga dpt ttd nya, tapi tmn saya yg namanya Joni itu mengatakan bahwa dia minta ttd bpk itu pd hari H jg ketika ajang Mawapres thn lalu... and he's right! We got the signature. 

Dgn peserta yg jumlahnya 7 org dan saya dpt giliran terakhir dlm mempresentasikan KTI, cukup buat pacu adrenalin.

 Sebelum sore hari, para jawara Mawapres FKIP pun diumumkan.Hasilnya? Check the photo below..

Alhamdulillah..





H


Next, tgl 15 dan 16 April 2016, 16 tim yg berasal dari jurusan yg berbeda, bersaing dlm prestigious competition named NUDC, perlombaan debat bahasa Inggris dibawah naungan Kemenristek. Dalam ajang NUDC tingkat Universitas Riau ini, saya berpartner dgn Rizka (Awesome debater, punya ibu dan boyfriend yg selalu support).

Harus bersaing dan melewati babak preliminary 3 rounds, babak semi final, dan akhirnya masuk finaal. Dengan posisi Opening Opposition, we got 1st runner up!



Nah, MAWAPRES udh lewaat, NUDC jg udah. Konsen di program camp jd to do list. If I'm not mistaken, kami ada sdkit clash krna saya ingin mengurus perihal program camp dan telp beberapa kali, tapi ngga d angkat. Esoknya dia minta maaf, tapi udh keki duluan atuh. Beberapa hari setelahnya, perang dingin terjadi. But finally, everything's okay.

Sebelum menghadap KUI, kami email committee untuk invitation letter, print proposal, FC KRS dan KTM yg dmasukkan dlm map. Nah, ternyata sesampainya disana, kami diharuskan memberikan biodata diri dan surat rujukan dari fakultas, FC Paspor dan estimasi biaya (kami harus melanglang Panam dan cari tour & travel agent utk tau hrg tiket pesawat). Setelah mengalami bbrp "insiden", lgkap jg dah apa yg diminta (Thanks for Ajo yg punya tmpt ngetik dan print yg available sampe sore).

 Beberapa hari kemudian, kami diberikan uang untuk membayar program fee yg deadline nya pd tgl 5 Mei. Berhubung tgl 5 hingga hari Ahad libur dan otomatis bank akan tutup, maka tgl 4 Mei lah hari terakhir utk transfer uang tsb. Siang itu, saya ada presentasi matkul Psycholinguistics. Dengan lobi, saya bisa dapat giliran presentasi lebih awal. Disinilah saya sadar pentingnya komunikasi. Thanks Ma'am Novi.
 Pukul 14.30 WIB, setelah melewati bbrp lampu merah, tikungan, panggangan matahari, sampai jg di suatu bank. Belakangan, kami baru tau klo batas waktu pentransferan hingga pukul 2 siang.

..........speechless........
 Oke, inhale, exhale. Ngga mau nyerah gitu aja, kami coba ke bank2 lainnya dan bahkan kantor pos yang punya jasa layanan pengirimin uang. Hasilnya nihil. Jujur I'm panic mode on. Tapi anehnya he's not as panic as me. Saya bisa bayangin kalo sendiri dlm situasi ini, mungkin ngga bisa lg berpikir jernih dan lgsung cabut ke rumah lalu nangis sejadi2nya. But realitanya adalah seseorang mengatakan, "Ayo kita email panitianya. Bilang kita ngga bisa ngirim hari ini". Baiklaaah...
 Kondisi hp saya yang kuotanya habis dan tab miliknya yg layarnya pecah, mengharuskan kami ke tempat yg bisa meng-email panitia. Tempat itu bernama warnet. Sbg seorang anak yang sudah 16 tahun berdomisili di kota ini, maka saya larikan diri ke warnet terdekat yang saya tau. Itu sudah warnet terdekat loh, knapa ada yg masih ngeluh klo itu jauh?! Dasar mager!
 Oke, setelah menceritakan nasib kami kpd panitia, langkah ini semakin berat saja rasanya. Bukan apa2. Halloo..., harus balik lg ke kampus yg nun jauh disana? C'mon, ini sore hari bung. Itu sama saja artinya dengan kau harus menenggelamkan diri dengan kemacetan dan sengatan matahari yg bukan main rasanya.
Tapi demi impian dan cita2 serta menggapai asa, jalan teruuus. I do realize that mungkin ini belum ada apa2nya untuk rintangan org2 sukses terdahulu. Azeek..

Sesampainya di perpus, tempat wifi bertepak, kami dpt balasan email yg menyatakan bahwa kami diberi dispensasi utk mengirimkan program fee pd hari Senin. Fiuuuh...

 Senin = Saya yg transfer uang itu dan sepagi mungkin sudah bertengger di depan bank. Kenapa saya? Karena makhluk yg satu lagi sedang pembekalan KUKERTA. Disini saya sadar betapa pentingnya teamwork.

Di suatu bank, menurut saya..
 birokrasinya ribet, jd saya putuskan untuk transfer dari bank lain saja. Setelah tiba di hadapan teller, saya ternyata diharuskan untuk ke CS dan mendaftarkan KTP  dulu. Balik lg ke teller, dan saya yakin setengah jam lah waktu yg dibutuhkan teller tsb untuk transfer uang itu. Sip, one problem solved.

 4 hari sebelum keberangkatan..

"Ke KUI lah yok.. tanya ke kk tu lg"
 Dengan  rasa segan (terbukti dengan saling tunjuk siapa yg harus masuk ruangan duluan), kami disarankan untuk booking tiket dahulu. Tanpa mikir panjang, saya lgsung bm tmn SMP yg sekarang bekerja di suatu travel agent, memberitahukan kebutuhan tiket PP Malaysia dan Philippines. Dia bersedia membantu dgn senang hati. Oke one more problem solved.
 Hari Sabtu dan Minggu, kami menukarkan mata uang rupiah ke ringgit dan piso, juga pastinya melakukan packing. Minta do'a kepada ortu, famili, dan sahabatpun juga tak lupa.

Aaa.. besok ke LN. ke LN.

To be continued...







 

Hi, everyone!
This is my first time post something on my own blog :D *so  excited*

Let me introduce myself first.
My name's Lydia Kusdyanti Iasya, I'm an English Department student in a Public University.
I'm 20 years old now. I like coffee so much, that's why this blog named coffee, hihihi. I hope this blog like a cafe,  a place that so many people talk in and discuss anything inside.

Hope u enjoy my post later on :-)